PKSPL IPB Gelar ICMMBT 2025: Saatnya Pangan Biru Jadi Jawaban Krisis Global

oleh -201 Dilihat

GNN.COM, YOGYAKARTA – Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University kembali menunjukkan eksistensinya sebagai pusat unggulan dalam membangun jejaring dan pertukaran pengetahuan internasional di bidang kelautan dan bioteknologi. Hari ini, The 5th International Conference on Integrated Coastal Management & Marine Biotechnology (ICMMBT) 2025 resmi dibuka di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta.

Mengangkat tema “Blue Food Nexus: Harnessing Solutions for Global Food Security and Ocean Health”, konferensi ini menjadi wujud nyata komitmen bersama dalam menghadapi tantangan krisis pangan global dan kesehatan laut secara berkelanjutan.

Acara pembukaan berlangsung khidmat, diawali dengan pemutaran video pembuka, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” serta Hymne IPB University. Momen ini menjadi simbol penghormatan terhadap nilai-nilai kebangsaan dan akademik, sekaligus menegaskan pentingnya sinergi antar institusi, pemerintah, dan komunitas ilmiah dalam membangun masa depan wilayah pesisir yang tangguh dan berkelanjutan.

Dalam sambutan pembukanya, Prof. Dr. Yonvitner, Kepala PKSPL IPB University, menekankan pentingnya pendekatan kolaboratif lintas disiplin dan lintas negara. Ia menyampaikan bahwa tantangan perubahan iklim, degradasi ekosistem pesisir, serta krisis ketahanan pangan laut tidak dapat diatasi secara sektoral. Diperlukan integrasi keilmuan, teknologi, kebijakan, dan partisipasi masyarakat untuk menciptakan transformasi nyata di wilayah pesisir.

BACA JUGA :  Polresta Cirebon Kunjungi SMPIT dan SDIT Bintang Rahmatullah

Sambutan dilanjutkan oleh Rektor IPB University, Prof. Dr. Arif Satria, yang menegaskan pentingnya inovasi dan sains sebagai fondasi dalam membangun ekonomi biru yang berkelanjutan secara ekologis, inklusif secara sosial, dan menguntungkan secara ekonomi. Ia menyebut pangan biru sebagai solusi strategis global yang membutuhkan dukungan kebijakan yang progresif.

Turut memberikan sambutan, Rektor Çanakkale Onsekiz Mart University, Turki, Prof. Dr. Ramazan Cuneyt Erenoglu, yang menyoroti pentingnya literasi kelautan sejak dini serta penguatan peran universitas sebagai agen perubahan dalam riset dan pendidikan kelautan.

Pangan Biru sebagai Arus Utama Strategi Nasional

Puncak acara pembukaan ditandai dengan keynote speech dari Menteri Koordinator Bidang Pangan Republik Indonesia, yang dalam kesempatan ini diwakili oleh Deputi Bidang Koordinasi Sumberdaya Maritim, Bapak Dandy Satria Iswara, S.IP, M.Si. Dalam paparannya, ia menegaskan bahwa kebijakan pangan biru nasional harus menjadi arus utama dalam strategi ketahanan pangan, dengan memperhatikan daya dukung ekosistem laut serta kesejahteraan masyarakat pesisir.

BACA JUGA :  Bamsoet: Idul Adha Momen Penting Perkuat Solidaritas dan Persatuan Bangsa

Kehadiran para tokoh nasional dan internasional tersebut menunjukkan besarnya perhatian dan antusiasme terhadap pangan biru sebagai solusi multidimensi atas tantangan global. ICMMBT 2025 pun menjadi platform strategis yang menghubungkan sains, kebijakan, dan implementasi nyata, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.

Paparan Strategis dari Tokoh Dunia

Pada sesi utama (Key Plenary Session), para pemikir global menyampaikan gagasan-gagasan strategis terkait pengelolaan kelautan dan pesisir yang inovatif. Prof. Ario Damar dari PKSPL IPB University membuka sesi dengan penekanan pada pentingnya pengelolaan terintegrasi sebagai fondasi keberlanjutan pesisir dan laut.

Prof. Dr. Qinhua Fang dari Xiamen University, Tiongkok, memaparkan pentingnya pendekatan Integrated Coastal Management (ICM) dalam mewujudkan ekosistem pangan biru yang sehat, efisien, dan tangguh terhadap perubahan iklim.

Prof. Jim Leape dari Stanford University, Amerika Serikat, menyoroti potensi optimalisasi blue food melalui inovasi teknologi, rantai pasok berkelanjutan, dan pemberdayaan komunitas pesisir.

Dari Indonesia, Moh. Rahmat Mulianda dari Bappenas menyampaikan arah kebijakan nasional jangka menengah yang telah mulai mengarusutamakan blue food agenda ke dalam perencanaan pembangunan nasional.

Etwin Kuslati Sabarini dari Climateworks Centre menutup sesi dengan paparan berjudul “Sea of Opportunity”, menekankan peran laut dalam pencapaian target NDC Indonesia melalui pembangunan ekonomi biru yang adaptif dan regeneratif.

BACA JUGA :  Polresta Cirebon Gelar Bakti Kesehatan Pengobatan Gratis di Masjid Sirojul Muttaqin

Diskusi berlangsung dinamis dan terbuka, mempertemukan berbagai perspektif lintas sektor dan negara. Para peserta menunjukkan antusiasme tinggi terhadap peluang kolaborasi dan aksi nyata berbasis sains.

Peluncuran Program dan Dokumen Strategis

Pada hari pertama konferensi, juga diluncurkan beberapa inisiatif penting:

1. SEAFOAM Blue Carbon Training Program oleh Climateworks Centre, sebagai upaya penguatan kapasitas nasional dalam pengelolaan karbon biru berkelanjutan.

2. Visi Kawasan Konservasi dan OECM 2045, panduan strategis menuju laut Indonesia yang lestari, dipresentasikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama Konsorsium MPA dan OECM (WWF Indonesia, Coral Triangle Center, RARE Indonesia, Pelestari, Rekam Nusantara, dan Konservasi Indonesia).

3. Peluncuran buku monumental: “Maritim, Kelautan, dan Perikanan Indonesia 2045: Menguatkan Negara Kepulauan yang Berdaulat, Tangguh, dan Berkelanjutan”, yang disusun oleh 49 kontributor lintas keilmuan dalam 25 bab, merefleksikan kompleksitas sekaligus potensi besar sektor kelautan dan perikanan nasional menuju Indonesia Emas 2045.

Penulis : Agus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.